Sabtu, 15 November 2014

Format Kerja Peta Pita

KERTAS KERJA PETA PITA








WAKTU
LAPORAN
JARAK
ARAH
PETA PITA

PEMBUAT :
NAMA
REGU
GUDEP


:
:
:







KETERANGAN GAMBAR PETA PITA

 

Rasionalisme Tokoh dan Pemikirannya

RASIONALISME
TOKOH DAN PEMIKIRANNYA

A.    Konsep Rasionalisme
1.      Pengertian Rasionalisme
Aliran rasionalisme berpendapat, bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah rasio (akal). Hanya pengetahuan yang diperolah melalui akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan yang perlu mutlak, yaitu syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah. Pengalaman hanya dapat dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang telah didapatkan oleh akal. Akal tidak memerlukan pengalaman. Akal dapat menurunkan kebenaran daripada dirinya sendir, yaitu ats dasar asas-asas pertama yang pasti. Metode yang diterapkan adalah deduktif dan teladan yang dikemukakan adalah ilmu pasti. [1]
Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang kepada kebenaran. Yang benar hanyalah tindakan akal. Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran, maka aliran ini disebut rasionalisme. Adapun pengetahuan indera dianggap sering menyesatkan. Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalis, suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir. [2]
Akal merupakan alat satu-satunya mencari kebenaran. Menurut rasionalis indera hanya menyesatkan saja, seperti sebuah bulpen yang dicelupkan ke dalam air, maka ia seperti bengkok, padahal pada kenyatannya bullpen tersebut tidak bengkok, dari contoh tersebut bisa di ambil kesimpulan bahwa indera sangat menipu dan akallah yang mampu mencari jwaban dari kebenaran sesuatu.
Aliran rasionalisme ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama, aliran rasionalisme adalah lawan dari otoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. Adapun dalam bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan dari empirisme dan sering berguna dalam menyusun teori pengetahuan. Hanya saja, empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan jalan mengetahui objek empirisme, sedangkan rasuionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir, pengetahuan dari empirisme dianggap sering menyesatkan. Adapun alat berfikir adalah kaidah-kaidah yang logis. [3]
Ahmad Tafsir juga menjelaskan bahwa rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat penting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Sejarah rasionalisme sudah tua sekali. Thales telah menerapkan rasionalisme dalam filsafatnya. Ini dilanjutkan dengan jelas sekali pada orang-orang sofis dan tokoh-tokoh penentangnya (Socrates, Plato, Aristoteles) [4]
Pada zaman modern muncullah tokoh-tokoh filsafat baru yang menganut paham rasionalisme. Mereka muncul karena mereka tak setuju dan tak sepaham dengan ajaran agama mereka sendiri. Adapun tokoh pertama rasionalisme ialah Descartes, selanjutnya Spinoza dan Liebniz dari Jerman.
B.     Tokoh-Tokoh Rasionalisme dan Pemikirannya
1.      Rene Descartes dan Pemikirannya
Rene Descartes(1596-1650) adalah filsuf Perancis yang dijuluki “bapak filsafat modern”. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu kedokteran. Ia menyatakan, bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandingannya, harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut satu metode yang umum. Yang harus dipandang sebagai hal yang benar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah (clear and distinctively). Ilmu pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti karena ilmu pasti dapat dijadikan model cara mengenal secara dinamis. [5]
Rene Descartes mempunyai keinginan yang besar untuk menciptakan  pemikiran yang baru dan berdiri di atas metodenya sendiri. Descartes melihat bahwa filosof-filosof sebelumnya hanya mengomentari pemikiran-pemikiran Plato dan Aristoteles yang menurutnya sangat membingunkan. Semasa Descartes mempelajari filsafat Plato dan Aristoteles Ia meragukan kebenaran pemikiran mereka, sehingga muncullah keingginan yang kuat untuk menemukan sesuatu yang baru di dalam dunia filsafat.
Rene descartes adalah filosof yang mendirikan aliran rasionalisme . Rasionalisme dapat didefinisikan sebagai paham yang menekankan pikiran sebagai sumber utama pengetahuan dan pemegang otoritas terakhir bagi penentuan kebenaran. Manusia dengan akalnya memiliki kemampuan untuk mengetahui struktur dasar alam semesta secara apriori. Rasionalisme menyatakan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah akal atau ide. [6]
Descartes menepikan fungsi  indera dalam menemukan kebenaran, Menurutnya indera hanya menipu dan akallah satu-satunya yang harus menjadi panutan pertama dalam merumuskan kebenaran sesuatu. Seperti ketika sebuah bulpen dicelupkan kedalam air, sekilas terlihat bulpen tersebut bengkok, tetapi pada kenyataannya bulpen tersebut tidaklah bengkok, atau seperti ketika melihat matahari, hal yang terlihat bahwa seakan matahari yang mengelilingi bumi padahal kenyataannya bumi lah yang mengelilingi matahari. Jadi, dari dua contoh tersebut Descartes menarik kesimpulan bahwa indera sangatlah menipu dan tidak bisa dijadikan sebagai alat satu-satunya dalam mencari kebenaran. Tetapi fungsi akallah yang harus diutamakan.
Akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia, menurut aliran ini, memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek. Dan kesimpulannya adalah segala sesuatu yang masuk akal disebut dengan rasional. [7]
Akal manusia merupakan salah satu potensi jiwa, dan disebut rasional soul. Ia ada dua macam, pertama praktis bertugas mengendalikan badan dan mengatur tingkah laku. Kedua, teoritis khusus berkenaan dengan persepsi dan epistimologi, karena akal praktis inilah yang menerima persepsi-persepsi inderawi dan meringkas pengertian-pengertian universal daripadanya dengan bantuan akal aktif, yang terhadap jiwa kita bagaikan matahari terhadap pandangan mata kita.  Dengan akal, kita bisa menganalisa dan membuktikan. Dengan akal pula, kita menyingkap realita-realita ilmiah, karena akal merupakan salah satu pintu pengetahuan. [8]
Akal merupakan suatu anugerah yang diberikan kepada manusia yang digunakan untuk berfikir dan  untuk mencari hakikat sesuatu atau dalam mencari kebenaran. Dengan akal pula manusia bisa mengetahui sruktur alam dan masih banyak lagi hal-hal lainnya yang mampu dikenal dan diketahui melalui akal.
Descartes melahirkan beberapa pemikirannya dengan metode keragu-raguan . Descartes ingin mencapai kepastian. Jika orang ragu-ragu, tampaklah ia berfikir, sehingga ia akan tampak dengan segera adanya sebab dari proses berfikir tersebut. Oleh karena itu, dari metoda keraguan ini, muncullah kepastian tentang eksistensi dirinya. Itulah yang kemudian dirumuskan dengan “cogito ergo sum”(karena saya berfikir, maka saya ada) [9]
2.       Riwayat Hidup Spinoza dan karya-karyanya
Spinoza dilahirkan pada tanggal 24 November tahun 1632 dan meninggal dunia pada tanggal 21 Februari tahun 1677 M. Nama aslinya Baruch Spinoza. Setelah ia mengucilkan diri dari agama yahudi, ia mengubah namanya menjadi Benedictus de Spinoza. Ia hidup di pinggiran kota Amsterdam. [10][15]Spinoza dilahirkan oleh orang tua Yahudi yang melarikan diri dari pengejaran di Spanyol, ia hidup di Amsterdam sampai dipaksa keluar oleh mereka yang membenci pikiran bebasnya, bahkan sampai ada yang berusaha untuk membunuhnya. Orang-orang dari Kristen ortodoks tidak menyukainya karena apa yang dilihatnya sebagai ateisme. [11]
Spinoza merupakan keturunan dari agama Yahudi. Menurutnya, banyak terdapat keraguan dalam agama yang dianutnya, sehingga Ia ingin melepaskan diri dari agamanya yaitu yahudi dan ia juga mengasingkan diri dan jauh dari masyarakat. Spinoza adalah pengikut Rasionalisme Descartes, Ia memandang sesuatu itu benar melalui akal. Seperti halnya Descartes yang menomor satukan akal dan menepikan indera yang di anggapnya menyesatkan.
Selain Spinoza ada tokoh filofof lain yang mengikuti pemikiran Rene Descartes, yaitu Leibniz. Dua tokoh terakhir ini juga menjadikan substansi sebagai tema pokok dalam metafisika mereka, dan mereka berdua juga mengikuti metode Descartes. Tiga filosofi ini, Descartes, Spinoza, dan Leibniz, biasanya dikelompokkan ke dalam satu mazhab, yaitu rasionalisme. De Spinoza memiliki cara berfikir yang sama dengan Rene Descartes, ia mengatakan bahwa kebenaran itu terpusat pada pemikiran dan keluasan. Pemikiran adalah jiwa, sedangkan keluasan adalah tubuh, yang eksistensinya berbarengan. [12]
Spinoza adalah satu filsuf istimewa yang tidak hanya percaya pada apa yang             dikatakannya, tetapi juga bertindak sesuai dengannya. Bahkan ia menolak jabatan filsafat di Heidelberg karena itu merupakan posisi resmi, dan bahwa hal itu menerima ide-ide dan pembatasan-pembatasan resmi. Dari segala sisi, ia adalah orang yang jujur, terhormat, dan sopan. Tentu saja hal ini menyebabkan ia diserang hampir oleh setiap orang, bahkan setelah ia mati. Karya besarnya,”Ethics”, tidak diterbitkan semasa hidupnya, dan buku-bukunya yang lain, yang dirumuskan dengan tajam”Tractatus Theologico Politicus”dan “Tractatus Politicus”, Pengaruhnya tidaklah besar. Seperti Descartes, Spinoza yakin bahwa dengan mengikuti metode geometri , kita dapat menghasilkan pengetahuan yang tepat mengenai dunia nyata. Namun, keyakinannya lebih jauh daripada Descartes, ia berusaha untuk menyusun suatu Geometri Filsafat.
Spinoza mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kebenaran sesuatu, sebagaimana pertanyaan, apa substansi dari sesuatu, bagaimana kebenaran itu bisa benar-benar yang terbenar. Spinoza menjawabnya dengan pendekatan yang juga dilakukan sebelumnya oleh Rene Descartes, yakni dengan pendekatan deduksi matematis, yang dimulai dengan meletakkan definisi, aksioma, proposisi, kemudian berubah membuat pembuktian (penyimpulan) berdasarkan definisi, aksioma, atau proposisi itu.
Bagi Spinoza hanya ada satu substansi, yaitu Tuhan. Dan satu substansi ini meliputi baik dunia maupun manusia. Itulah sebabnya pendirian Spinoza disebut penteisme, Tuhan disamakan dengan segala sesuatu yang ada. Spinoza juga beranggapan bahwa satu substansi itu mempunyai ciri-ciri yang tak terhingga jumlahnya. Namun demkikian kita hanya mengenal dua ciri saja, pemikiran dan keluasan. Pada manusialah kedua ciri tersebut terdapat bersama-sama pemikiran (jiwa) dan serentak juga keluasan tubuh. [13]
Descartes , moyangnya yang amat dekat , membagi substansi menjadi tiga, yaitu tubuh (bodies), jiwa, dan Tuhan. Spinoza berpendapat tentang substansi, Ia menyatakan bahwa hanya ada satu substansi, dan satu substansi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dirusak, ia tidak mempunyai permulaan dan tidak mempunyai akhir Tubuh dan jiwa menurutnya adalah atribut(sifat asasi) yang satu. Tubuh dan jiwa bukan substansi yang berdiri sendiri.
Spinoza berpendapat bahwa Tuhan dan alam adalah satu dan sama. Teori ini dikenal dengan nama Panteisme (secara harfiah berarti semua adalah Tuhan). Jadi ia menentang baik Yahudi maupun Kristen. Spinoza percaya kepada Tuhan, tetapi Tuhan yang dimaksudkannya adalah alam semesta ini. Tuhan Spinoza itu tidak berkemauan, tidak melakukan sesuatu, tak terbatas (ultimate) . Tuhan itu tidak memperhatikan sesuatu, juga tidak memperdulikan manusia. Inilah penjelasan logis tentang Tuhan yang bahkan Newton sampai terkejut oleh pernyataan itu. Ini tidak dapat diartikan bahwa Spinoza itu materialis. Ia hanya mengatakan, itulah yang diketahui tentang Tuhan. Akibatnya, tindakan manusia dan Tuhan tidak bebas. Dimana-mana di dalam alam semesta ini sebagaimana ia mestinya, semuanya sudah ditentukan. [14]
Substansi adalah apa yang ada dalam dirinya sendiri dan yang mengalaskan pengertian yang mengenai pada dirinya sendiri, Artinya yang pengertiannya tidak memerlukan pengertian dari sesuatu yang lain dengannya ia harus dibentuk. Jadi substansi adalah sesuatu yang berdiri sendiri , yang tidak bergantung kepada apapun juga yang lain. Substansi itu tentu hanya ada satu saja, sebab seandainya ada dua substansi semacam itu, tentu aka nada nisbah antara keduanya. Padahal pengertian nisbah mengandung di dalamnya pengertian ketergantungan. Substansi yang satu itu adalah Allah, yang esa tiada batasnya secara mutlak..
Berdasarkan keyakinan ini maka segala sesuatu yang tak terbatas, dunia dengan segala isinya, tidak dapat berdiri sendiri, melainkan tergantung kepada satu substansi yang satu itu. Substansi yang satu itu berada di dalam segala sesuatu yang beraneka raga ini. Segala yang beraneka ragam mewujudkan cara berada substansi yang satu tadi.
Di sini kesatuan antara Allah dan alam semesta untuk pertama kali diberi rumusan secara modern. Substansi ini memiliki sebabnya dalam dirinya sendiri. Hakika t(essential) nya mencakup juga keberadaan (existential) nya. Hakekatnya ditentukan oleh atribut-atribut atau sifat-sifat asasinya yang tiada batasnya. Tiap sifat asasi dengan cara yang sempurna mengungkapkan hakekat atau esensinya yang kekal dan tak terbatas itu. Akan tetapi segala hal yang konkrit, yaitu dunia yang berane raga ini, adalah modi atau cara berada satu substansi yang satu itu. [15]
Demikianlah, Pemikiran Spinoza tentang Allah, jiwa dan manusia yang merupakan satu kesatuan. Dan berbeda dengan Descartes yang berpendapat bahwa antara Allah, jiwa dan manusia merupakan sesuatu yang terpisah dan berdiri sendiri. Rasionalisme Spinoza lebih luas dan lebih konsekuen dibanding dengan rasionalisme Descartes . Baginya di dalam dunia tiada hal yang bersifat rahasia, karena akal atau rasio manusia telah mencakup segala sesuatu, juga Tuhan. Bahkan Tuhan menjadi sasaran akal yang terpenting.
3.       Riwayat Hidup Leibniz dan karya-karyanya (1646-1716)
Leibniz lahir di kota Leipzig, Sachsen pada tahun 1646 meninggal pada tahun 1716. Orang tuanya, terutama ayahnya Friedrich Leibniz sudah sejak awal membangkitkan rasa ketertarikannya terhadap masalah-masalah yuridis dan falsafi. Ayahnya merupakan seorang ahli hukum dan profesor dalam bidang etika dan ibunya adalah putri seorang ahli hukum pula. Gottfried Leibniz telah belajar bahasa Yunani dan bahasa Latin pada usia 8 tahun berkat kumpulan buku-buku ayahnya yang luas. Pada usia 12 tahun ia telah mengembangkan beberapa hipotesa logika yang menjadi bahasa simbol matematika. [16]
Seorang filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dah sejarawan. Lama menjadi pegawai pemerintah, menjadi atase, pembantu pejabat tinggi Negara pusat. Waktu mudanya ahli pikir Jerman ini mempelajari scholastic. Ia kenal aliran-aliran filsafat modern dan mahir juga dalam ilmu. Ia menerima Substansi Spinoza akan tetapi tidak menerima paham serbatuhannya(panteisme).
Pusat Metafisikanya adalah idea tentang substansi yang dikembangkan dalam konsep monad. Pada usia 15 tahun ia sudah menjadi mahasiswa di Universitas Leizig, mempelajari hukum, tetapi ia juga mengikuti kuliah matematika dan filsafat. Pada tahun 1666, tatkala ia belum berumur 21, ia menerima ijazah doctor dari Universitas Altdorf, dekat Nuremberg, dengan disertasi berjudul De casibus perplexis(On Complex Cases Law). Universitasnya sendiri menolak mengakui gelar doktornya karena umurnya terlalu muda, makanya ia meninggalkan  Leipzig pindah ke Nuremberg. [17]
Pada januari-Maret 1673 Leibniz pergi ke London menjadi atase politik. Di sana ia dapat bertemu dengan banyak ilmuwan seperti Robert Boyle. Tahun 1675 ia menetap di Hannover, dari sana ia jalan-jalan ke London dan Amsterdam. Di Amsterdam ia bertemu dengan Spinoza.
Metasfisika Leibniz sama memusatkan perhatian pada substansi. Bagi Spinoza, alam semesta ini mekanistis dan keseluruhannya bergantung pada sebab, sementara substansi pada Leibniz adalah hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan. Penuntun prinsip filsafat Leiniz ialah “ prinsip akal yang mencukupi, yang secara sederhana dapat dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan harus juga mempunyai alasan untuk setiap yang diciptakanNya. [18]
Leibniz juga pengikut aliran rasionalisme sama seperti halnya Spinoza, tetapi keduanya berbeda dalam merumuskan substansi.” Prinsip akal yang mencukupi” merupakan penuntun yang sangat berpengaruh dalam filsafat Leibniz, sehingga pemikiran filsafatnya pun berkembang.
Leibniz menuliskan karya-karyanya dalam bahasa Latin dan Perancis, seorang ensiklopedis(Orang yang mengetahui segala lapangan pengetahuan pada amsanya). Menurut Leibniz, substansi itu jumlahnya banyak atau tiada terhingga yang kemudian ia namakan sebagai monad. Dalam suatu kalimat yang kemudian terkenal Lebniz mengatakan”monad-monad tidak mempunyai jendela, tempat sesuatu bisa masuk atau keluar”. Pernyataan ini berarti bahwa semuanya monad harus dianggap tertutup seperti cogito Descartes.
Spinoza berpendapat bahwa hanya ada satu substansi, Leipniz berpendapat bahwa substansi itu banyak. Ia menyebut substansi-substansi itu monad. Setiap monad berbeda satu dengan yang lain, dan Tuhan (sesuatu yang supermonad dan satu-satunya monad yang tidak dicipta) adalah sang pencipta monad-monad itu. Maka karya Leiniz tentang ini diberi judul Monadology (studi tentang monad) yang ditulisnya 1714. Ini adalah singkatan metafisika Leibniz. [19]
Ada dua titik fokus leibniz yaitu monadelogi dan konsep Tuhan, leibniz mencoba memberikan penjelasan tentang Tuhan,dan dia mempunyai argumen yang kuat untuk membuktikan ada Tuhan, leibniz mencoba membuktikan tuhan dengan 4 argumen. Pertama, dia mengatakan bahwa manusia memiliki ide kesempurnaan, makanya ada Allah terbukti.  ini disebut bukti ontologis. Kedua, dia berpendapat bahwa , adanya alam semesta dan ketidaksempurnaannya membuktikan adanya sesuatu yang melebihi alam semesta ini, dan yang transeden ini di sebut Allah. Ketiga, dia berpendapat bahwa kita selalu mencari kebenaran yang abadi, tetapi tidak tercapai menunjukan adanya pikiran yang abadi,yaitu Allah. Keempat, leibniz mengatakan bahwa adanya keselarasan di antara monad-monad membuktikan bahwa pada awal mula ada yang mencocokan meraka satu sama lain,yang mencocokannya itu Allah.




[1] Harun Hadiwijono , Sari Sejarah Filsafat Barat, Cet 19 (Yogyakarta:Kanisius,2005) h. 19
[2]  Atang Abdul hakim,Filsafat Umum Dari Metodologi Sampai Teolosofi,Cet I (Bandung:Pustaka Setia)h. 247
[3] Atang Abdul hakim,Filsafat Umum Dari Metodologi Sampai,,,,,,,,,,,,,,,,,,h.248
[4] Ahmad Tafsir,Filsafat Umum akal dan hati sejak Thales sampai capra(Bandung:PT Rosdakarya,2005)  h.127
[5] Ahmad Tafsir,Filsafat Umum akal dan hati sejak Thales sampai capra(Bandung:PT Rosdakarya,2005)  h.127
[6] Asmoro Achmadi,Filsafat Umum,Cet I(Jakarta:Rajawali Pers)h. 115
[7] Hasan Bakti Nasution,Filsafat Ilmu,Cet I(Depok:Indie Publishing)h.151
[8] Yudian Wahyudi Asmin,Aliran dan Teori Filsafat Islam,Cet I(Jakarta:Bumu Aksara)h.247
[9] Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafat Modern,Cet I(Jogjakarta:Ar-Ruzz,2005)h.52
[10][15] Atang Abdul hakim,Filsafat Umum Dari Metodologi Sampai Teolosofi,Cet I(Bandung:Pustaka Setia)h.259
[11] Richard Orborne,Filsafat Untuk Pemula,Cet 7(Yogyakarta:kanisius,2008)h.76
[12] Atang Abdul hakim,Filsafat Umum Dari Metodologi Sampai…………………………..h.259
[13] Juhaya S.Praja,Aliran-aliran Filsafat dan etik,Cet I(Bogor:kencana,2003)h.102
[14]  Ahmad Tafsir,Filsafat Umum akal dan hati sejak ……………...………………………………….h.138
[15] Harun Hadiwijono , Sari Sejarah Filsafat………………………………h.27
[16]  http://id.wikipedia.org/wiki/Gottfried_Leibniz,di akses pada tanggal 06 Januari 2014, pada pukul 10.45
[17]  Ahmad Tafsir,Filsafat Umum akal dan hati sejak Thales sampai………………………………….h.139

[18]  Ahmad Tafsir,Filsafat Umum akal dan hati sejak Thales sampai……………………………….h. 139
[19]  Ahmad Tafsir,Filsafat Umum akal dan hati sejak Thales sampai………………………h.139

Resume Terjemah Kitab Ta'limul Muta'alim

I
IDENTITAS BUKU


A.    TERJEMAH TA’LIM MUTA’ALIM

(viii + 110 hl.); 14,5 x 20,1 cm
Cetakan pertama, Ramadhan 1430 / September 2009
Cetakan kedua, Syawal 1433 / September 2012
Disusun oleh                           : Syeikh Az-Zarnuji
Penerjemah                              : Abdul Kadir Aljufri
Penyunting                              : Husin Abdullah
                                                  Idrus Hasan
Pengatur dan Tata Letak         : Tim CM Grafika, Surabaya
Desain Sampul                        : Tim Grafis Mutiara Ilmu
Diterbitkan oleh                      : MUTARA ILMU Surabaya


B.     PANDUAN BELAJAR BAGI PENUNTUT ILMU

(viii + 137 hl.); 10,5 x 14,5 cm
Cetakan pertama, 1426 H / 2005 M
Judul Asli                                : Ta’liim al-Muta’alim Thariiq al-Ta’allum
Pengarang                               : Syekh al-Zarnuji
Alih Bahasa                             : Abu Shofia & Ibnu Sanusi
Editor                                      : A. Ma’ruf Ansori
Setting & Layout                    : Muh. Salafuddin Al-Qudsy
Diterbitkan oleh                      : PUSTAKA AMANI Jakarta






Dalam kitab Ta’limul Muta’alim terdiri dari 13 pasal, diantaranya:

1.      Hakikat Ilmu, Hukum Mencari Ilmu dan Keutamaannya.
2.      Niat Dalam Mencari Ilmu.
3.      Cara Memilih Ilmu, Guru, Teman dan Ketekunan.
4.      Cara Menghormati Ilmu dan Guru.
5.      Kesungguhan Dalam Mencari Ilmu, Beristiqomah dan Cita-Cita Yang Luhur.
6.      Ukuran dan Urutannya.
7.      Tawakal.
8.      Waktu Belajar Ilmu.
9.      Saling Mengasihi dan Saling Menasehati.
10.  Mencari Tambahan Ilmu Pengetahuan.
11.  Bersikap Wara’ Ketika Menuntut Ilmu.
12.  Hal-Hal Yang Dapat Menguatkan Hafalan dan Yang Melemahkannya.
13.  Hal-Hal Yang Mempermudah Datangnya Rezeki dan Yang Menghambat Datangnya Rezeki, Yang Dapat Memperpanjang dan Mengurangi Umur.



II
RANGKUMAN

PASAL I
HAKIKAT ILMU, FIKIH DAN KEUTAMAANNYA

A.    Kewajiban Belajar
Rosululloh SAW bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة
“Menuntut ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan.”
Kewajiban menuntut ilmu bagi muslim laki-laki dan perempuan tidak untuk segala macam ilmu, tetapi yang diwajibkan adalah menuntut ilmu haal (ilmu yang menyangkut kewajiban sehari-hari sebagai muslim, seperti ilmu tauhid, akhlak dan fiqih). Sebagaimana diterangkan dalam hadits:
“Ilmu yang paling utama adalah ilmu haal dan amal yang paling utama adalah menjaga haal (prilaku).

B.     Keutamaan Ilmu
Keutamaan ilmu adalah sebagai peratara (sarana) menuju ketakwaan yang akan menyebabkan seseorang brhak mendapatkan kemuliaan disisi ALLOH SWT dan kebahagiaan yang abadi.

C.    Ilmu Akhlak
Setiap orang Islam wajib mempelajari ilmu tentang segala etika (akhlak), baik yang terpuji maupun yang tercala.

D.    Ilmu Yang Wajib Dipelajari Secara Kifayah dan Ilmu Yang Haram Dipelajari
Mempelajari ilmu yang diperlukan pada saat-saat tertentu saja (seperti salat jenazah dan dll.) hukumnya fardhu kifayah.jika di suatu daerah sudah ada orang yang mempelajari ilmu tersebut.
Mempelajari ilmu nujum (meramalkan suatu berdasarkan ilmu perbintangan dan astrologi) hukumnya haram, sebab ilmu tersebut berbahya dan tidak bermanfaat, dan lari dari ketentuan dan takdir ALLOH SWT jelas tidak mungkin.Tapi jika sebatas untuk mengetahui arah kiblat dan waktu salat, maka dipebolehkan.
Adapun mempelajari ilmu kedokteran hukumnya jawaz (diperbolehkan).

E.     Definisi Ilmu
Ilmu adalah suatu sifat yang dengannya dapat menjadi jelas pengertian suatu hal yang disebut.
Ilmu fiqih adalah pengetahuan tentang kelembutan-kelembutan (kedalaman) ilmu.
PASAL II
NIAT DALAM MENCARI ILMU

A.    Pentingnya Niat Blajar
Rosululloh SAW bersabda:
إنما الأعمال بالنيات
Semua amal itu tergantung pada niatnya.”
Niat seorang pelajar dalam menuntut ilmu harus ikhlas mengharap ridha ALLOH SWT, mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan, mencari kebahagiaan di akhirat menghilangkan kebodohan dirinya, dan orang lain menghidupkan agama, dan melestarikan Islam.

B.     Kelezatan dan Hikmah Ilmu
Barang siapa yang telah dapat merasakan kelezatan ilmu dan pengamalannya, maka dia tidak akan tertarik dengan harta yang dimiliki orang lain.

C.    Pantangan Ahli Ilmu
Para ahli ilmu (ulama) sebaiknya tidak merendahkan (menghinakan) dirinya dengan mengharapkan sesuatu yang tidak semestinya dan menghindari hal-hal yang dapat menghinakanilmu dan ahli ilmu.

D.    Saran Khusus Buat Pelajar
Para pelajar seharusnya mendapatkan kitab wasiat yang ditulis oleh Abu Hanifah untuk Yusuf bin Khalid As-Simti ketika hendak pulang kepada keluarganya.
PASAL III
MEMILIH ILMU, GURU, TEMAN BELAJAR DAN TEKUN DALAM MENIMBA ILMU

A.    Syarat-syarat Ilmu Yang Dipilih
Para pelajar hendaknya memilih ilmu yang terbaik baginya dan ilmu yang dibutuhkannya dalam urusan agama pada masa sekarang, lalu ilmu yang dibutuhkannya pada masa mendatang.
Sebaiknya seorang pelajar memprioritaskan pada ilmu tauhid dan mengenal ALLOH dengan dalil-dalilnya.
Para ulama berkata tetaplah kalian pada ilmunya para nabi (ilmu agama), dan tinggalkanlah ilmu-ilmu yang baru (ilmu debat yang mucul setelah meninggalnya para ulama).

B.     Cara Memilih Guru Atau Kiai
Sebaiknya memilih orang yang lebih alim (pandai), yang bersifat wara’ (menjaga harga diri), dan yang lebih tua.

C.    Memilih Teman Belajar
Para pelajar sebaiknya memilih orang yang tekun belajar, bersifat wara’ dan berwatak istiqomah (lurus) dan mudah paham (tanggap).Hindarilah orang malas, penganggur, pembual, suka berbuat onar dan suka memfitnah.
D.    Sabar Dan Tekun Dalam Belajar
Seorang pelajar harus berani bertahan dan bersabar dalam belajar kepada seorang guru dan mempelajari sebuah kitab, jangan sampai meninggalkannya sebelum tamat (selesai). Tidak berpindah dari satu guru ke guru yang lain dan dari satu ilmu ke ilmu yang lain sebelum benar-benar memahaminya dengan yakin,tidak berpindah dari suatu daerah ke daerah yang lain tampa kecuali bila terpaksa.


PASAL IV
PENGHORMATAN TERHADAP ILMU DAN ORANG ALIM

A.    Mengagungkan Ilmu
Pelajar tidak dapat meraih ilmu dan memanfaatkan ilmunya kecuali dengan menghormati ilmu dan ahli ilmu serta menghormati dan mengagungkan gurunya.

B.     Mengagungkan Guru
Salah satu cara menghormati guru ialah tidak berjalan kencang di depannya, tidak duduk ditempatnya, tidak mulai percakapannya kecuali atas izinnya, tidak banyak bicara dihadapan guru, tidak menanyakan sesuatu ketika ia sudah bosan, menjaga waktu dan tidak mengetuk pintu rumah atau kamarnya, tetapi harus menunggu sampai beliau keluar, menghormati anak-anaknya dan orang yang mempunyai hubungan keabat dengannya.

C.    Memuliakan Kitab
Seorang pelajar sebaiknya tidak memegangkitab kecuali dalam keadaan suci dari hadas, tidak menyelonjorkan kaki kearah kitab, hendaknya kitab tafsir diletakan diatas kitab-kitab yang lain dan tidak meletakkan sesuatu diatas kitab, hendaknya menulis pada kitab dengan baik, jelas dan tidak kabur, tidak membuat catatan pinggir yang mengaburkan kitab, kecuali dalam keadaan terpaksa, sebiknya tidak memakai tinta merah dalam menulis kitab karena hal itu kebiasaan para filosof bukan kebiasaan ulama salaf.

D.    Menghormati Teman
Termasuk menghormati ilmu adalah menghormati teman dan orang yang mengajar.Para pelajar harus saling mengasihi dan menyayangi apalagi kepada guru, supaya ilmunya berpaedah dan diberkati.
Hendaknya para pelajar mendengarkan ilmu dan hikmah dengan rasa hormat, sekalipu sudah pernah mendengarkan suatu masalah dan kalimat tersbut seribu kali.

E.     Jangan Memilih Ilmu Sendiri
Seorang pelajar sebaiknya tidak memilih sendiri bidang ilmu yang akan ditekuninya, tetapi harus menyerahkan kepada guru untuk memilihnya. Karena guru lebih tahu mana ilmu yang cocok dengan watak atau kecenderungan muridnya.
Seorang pelajar sebaiknya tidak duduk dekat gurunya pada saat belajar kecuali darurat.
F.     Menghindri Akhlak Tercela
Seorang pelajar sebaiknya menghindari perilaku yang tercela.


PASAL V
KESUNGGUHAN DALAM MENCARI ILMU, BERISTIQOMAH DAN CITA-CITA YANG LUHUR

A.    Kesungguhan Hati
Pera pelajar harus bersungguh-sungguh dan tekun dalam belajar.
Firman ALLOH SWT dalam QS. Al-Ankabut: 69.
والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا
Dan orang-orang yang berjihad atau bersungguh-sungguh untuk mencari (keridhaan-Ku), maka benar-benar aku akan tunjukan mereka kepada jalan-jalan menuju keridhaan-Ku.”

B.     Kontinuitas dan Mengulang Pelajaran
Pelajar harus mengulang-ngulang pelajarannya pada awal malam dan akhir malam.Yaitu antara Isya dan waktu sahur.

C.    Menyantuni Diri
Para pelajar tidak boleh terlalu memaksa diri hingga melebihi kekuatannya. Karena akan melemahkan tubuhnya.

D.    Cita-cita Luhur
Para pelajar harus memiliki cita-cita yang luhur dalam berilmu, karena merupakan modal utama untuk mencapai sesuatu.

E.     Sebab-sebab Rasa Malas
Rasa malas ditimbulkan oleh dahak dan karena kebanyakan kadar air. Cara menanggulanginya dengan mengurangi makan, bersiwak dan makan roti kering.

PASAL VI
LANGAH AWAL, UKURAN DAN TATA CARA BELAJAR

A.    Tahap Awal dan Ukuran Belajar
Dalam Hadis Nabi
ما من شيئ بدئ يوم الأربعاء إلا وقد تم
“Tidak ada sesuatu yang dimulai pada hari Rabu kecuali akan menjadi sempurna.”Karena hari Rabu adalah hari dimana cahaya (Nur) diciptakan.
Ukuran dalam belajar bagi orang yang baru memulai, dalam keterangan dikatakan bahwa :
“Guru-guru kami berpendapat bahwa sebaiknya ukuran pelajaran bagi tingkat dasar adalah sesuatu yang kira-kira dapat dikuasai dengan mengulanginya dua kali, kemudian setiap hari ditabahkan kalimat demi kalimat.”

B.     Tingkat Pelajaran dan Usaha Memahaminya
Dalam memulai pelajaran, sebaiknya diawali dengan sesuatu yang mudah dipahami kemudian membuat catatan sendiri mengenai pelajaran yang dipahaminya dan disertai dengan berdoa kepada ALLOH SWT.

C.    Mendiskusikan Ilmu
Para pelajar harus saling mengingatkan pelajaran (mudzakarah),berdiskusi (munazharah), dan memecahkan masalah bersama (mutharahah) dengan penuh kesadaran, tenang dan penuh penghayatan, hindarilah keonaran.

D.    Berpikir dan Berbicara Tepat
Para pelajar harus menggunakan seluruh waktunya untuk merenungkan kedalaman ilmu dan membiasakannya.
Sebelum berbicara, santri haruslah berpikir dulu, agar apa yang diucapkan benar.

E.     Pembiayaan Untuk Ilmu dan Bersyukur
Barang siapa berharta banyak, maka sebaik-baik harta yang dimiliki orang soleh, ialah harta yang dihabiskan untuk menutut ilmu.
Para pelajar harus senantasa bersyukur kepada ALLOH dengan ungkapan lisan, hati, tindakan anggota badan dan mendermakan hartanya serta berpandang bahwa pemahaman, pengetahun, dan pertolongan itu semuanya dating dari ALLOH SWT.

F.     Berkorban Harta
Barang siapa memiliki harta kekayaan, maka janganlah kikir.
Rosululloh SAW. Bersabda:
أي دواء أدوأ من البخل
“Adakah penyakit yang lebih parah daripada kekikiran.”
Para santri harus rajin membeli kitab, dan menyuruh oraang lain menuliskan kitab, karena hal ini dapat membantu mempermudah mengaji dan belajar ilmu fiqih.

G.    Belajar Keterampilan dan Mengukur Kemampuan
Para pelajar pada masa lalu lebih dahulu mempelajari cara bekerja kemudian mencariilmu, kemudian mereka tidak tamak mengharap harta orang lain.
Para pelajar seharusnya tidak berharap kecuali kepada ALLOH.Dan tidak takut kecuali kepada-Nya.

H.    Menghapal Pelajaran
Para pelajar sebaiknya mempelajari ulang pelajaran yang lalu dengan cara sebagai berikut:
ü  Pelajaran yang lalu (kemarin) lima kali.
ü  Pelajaran dua hari yang lalu empat kali.
ü  Pelajaran tiga hari yang lalu tiga kali.
ü  Pelajaran empat hari yang lalu dua kali.
ü  Pelajaran Lima hari yang lalu satu kali.
Para pelajar harus membiasakan membaca pelajaran dengan penuh semangat.tidak usah memaksakan diri, supaya tidak cepat bosan.
PASAL VII
BERTAWAKKAL

A.    Rezeki Dan Urusan Dunia 
Para pelajar diharuskan bertawakkal (berserah diri kepada ALLOH) di dalam menuntut ilmu. Ia tidak perlu merasa susah karena masalah rezeki dan hatinya jangan selalu disibukkan dengan urusan tersebut.
Orang yang berakal tidak akan gundah memikirkan urusan dunia, karena kegundahan dan kesedihan tidak akan dapat meghindarkan musibah dan tidak akan memberikan manfaat.

B.     Hidup dengan Prihatin
Seorang pelajar harus sanggup menanggung segala kesulitan dan keprihatinan pada saat merantau mencari ilmu. Sebagaimana yang diucapkan oleh Nabi Musa as. Saat bepergian mencari ilmu dan ucapan ini tidak pernah terdengar darinya dalam masalah selain bepergian mencari ilmu.

“Sungguh benar-benar aku telah menemui kesulitan dalam perjalanan ini.

C.    Menggunakan Seluruh Waktu Buat Ilmu
Para pelajar hendaknya tidak memanfaatkan waktu dengan sesuatu apapun kecuali hanyaa untuk ilmu. Imam Muhammad berkata:
“Sesungguhnya pekerjaan kami (menuntut ilmu) ini sejak dari buaian hingga liang kubur. Seseorang yang meninggalkan ilmu kami (ilmu fiqih) sesaat saja, maka dia akan tertinggal sepanjang hidupnya.”

PASAL VIII
MASA BELAJAR

Dikatakan bahwa:
وقت التعلم من المهد إلى اللحد
“Masa belajar adalah semenjak dalam buaian hingga masuk liang lahat.”
Masa terbaik untuk belajar adalah ketika muda. Waktu paling baik untuk belajar yaitu saat-saat menjelang subuh dan waktu antara magrib dan isya. Yang terbaik adalah menghabiskan seluruh waktu untuk belajar. Apabila merasa jenuh menghadapi satu ilmu untuk dipelajari, maka beralihlah kepada ilmu yang lain.

PASAL IX
KASIH SAYANG DAN  NASEHAT

A.    Kasih Sayang
Sebagai ahli ilmu hendaklah memiliki kasih sayang, bersedia memberi nasehat tanpa disertai rasa hasud (dengki), karena rasa hasud tidak ada manfaatnya.

B.     Menjauhi Perselisihan
Para pelajar sebaiknya tidak melibatkan diri dalam permusuhan dengan seseorang, karena akan menyia-nyiakan waktu juga berakibat membuka aib. Berusahalah menahan diri dan bersabar dalam menghadapi orang-orang dungu.
Nabi Isa putra Maryam berkata:
“Betahanlah menghadapi ejekan orang yang bodoh satu kali, niscaya kamu akan beruntung sepuluh kali.”

C.    Tidak Berprasangka Buruk
Jauhilah berprasangka buruk kepada sesama orang mukmin, karena hal itu sumber permusuhan dan tidak dihalalkan.
Rosululloh SAW bersabda:
ظنوا بالمؤمنين خيرا
“Berprasangka baiklah terhadap orang mukmin.”

PASAL X
MEGAMBIL PELAJARAN

A.    Memanfaatkan Waktu Belajar
Mengambil pelajaran (istifadah) bagi pelajar haruslah dilakukan disetiap saat hingga memperoleh kemuliaan, dengan cara selalu menyediakan alat tulis untuk mencatat segala pengetahuan yang baru didapatkan.
Sebaikhya maanfaatkanlah setiap waktu dan jangan sia-siakan, lebih-lebih pada malam hari dan pada saat sepi.

B.     Mengambil Pelajaran Dari Orang Yang Lebih Tua
Seorang pelajar hendaknya mau mengambil pelajaran dari orang yang lebih tua dan tidak mengabaikan mereka.

C.    Prihatain dan Rendah Di Mata Manusia
Suatu keharusan bagi pelajar untuk menanggung derita selama menuntut ilmu. Bercumbu rayu itu terlarang kecuali dalam rangka menuntut ilmu. Karena merupakan sutu keharusan bagi para pelajar untuk bercumbu rayu (mempertajam ilmu) dengan guru, teman dan yang lain untuk mengambil pelajaran dari mereka.

PASAL XI
WARA’ PADA MASA BELAJAR

A.    Wara’
Rosululloh SAW bersabda:
من لم يتورع فى تعلمه ابتلاه الله تعالى بأحد ثلاثة أشياء: إما أن يميته فى شبابه، أو يوقعه فى الرساتيق، أو يبتليه بخدمة السلطان
“Barang siapa tidak berlaku wara’ ketika belajar ilmu, maka dia akan diuji oleh ALLOH dengan salah satu dari tiga perkara: Adakalanya ia dimatikan ketika muda, ditempatkan bersama orang-orang bodoh, atau diuji menjadi pelayan para penguasa.”
Diantara perbuatan wara’ yaitu menjauhkan diri dari golongan yang berbuat kerusakan, maksiat dan penganggur, menjauhkan dari perut kenyang, banyak tidur dan banyak bicara yang tidak ada gunanya. Hendaknya menjauhi makanan pasar, karena dikhawatirkan najis dan kotor, dapat menjauhkan diri dari ingat kepada ALLOH dan lebih ingat kepada kelalaian.

B.     Menghadap Kiblat
Seorang pelajar hendaknya menghadap kiblat ketika belajar, selalu mengerjakan sunnah Nabi SAW, mengikuti ajaran para pendukung kebaikan, dan menghindari ajaran orang-orang yang berbuat lalim.

C.    Berpedoman Pada Moral dan Sunnah
Seorang pelajar hendaknya tidak mengabaikan disiplin moral dan sunnah. Barang siapa yang meninggalkan disiplin moral, maka akan terhalang dari yang sunnah dan barang siapa yang mengabaikan yang sunnah maka ia terhalang dari yang wajib, sehingga ia terhalang pula dari akhirat.
Hendaknya memperbanyak melakukan shalat sebagaimana salatnya orang-orang yang khusyu, karena hal ini sangat menunjang kesuksesan belajar.
Seorang pelajar harus selalu membawa buku dalam keadaan bagaimanapun, agar bisa menelaahnya. Dikatakan:
من لم يكن الدفتر فى كمه لم تثبت الحكمة فى قلبه
“Barang siapa yang tidak ada buku dalam sakunya, maka ia tak menyimpan hikmah dalam hatinya.”

PASAL XII
SEBAB-SEBAB HAPAL DAN LUPA

A.    Penyebab Mudah Hapal
Hal-hal yang berperan menujang hapalan adalah kesungguhan, terus menerus, sedikit makan, membaca Al-Quran dan shalat dimalam hari.
Membaca Al-Quran dengan melihat (tidak dengan hapalan) adalah lebih utama. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
أعظم أعمال أمتى قراءة القرآن نظرا
“Ibadah yang paling utama dari umatku adalah membaca Al-Quran dengan melihat.”
Cara lain untuk menguatkan hapalan yaitu ketika akan mengaji kitab membaca doa. Kemudian perbanyaklah membaca solawat kepada Nabi SAW. Karena solawat adalah zikir untuk seluruh alam.
Bersiwak, mnium madu, makan kandar (hanya ada di Turky) yang dicampur dengan gula dan makan anggur merah kering 21 biji setiap hari ketika merasa lapar.

B.     Penyebab Lupa
Yang dapat menyebabkan lupa antara lain: Banyak berbuat maksiat, banyak dosa, khawatir dan disibukkan oleh urusan dunia.
Beberapa hal yang menyebabkan lupa antara lain, makan ketumbar, melihat salib, membaca tulisan pada nisan, berjalan diantara iringan-iringan unta, membuang ketombe yang masih hidup ke tanah, dan berbekam pada tengkuk.

PASAL XIII
HAL-HAL YANG MENDATANGKAN DAN YANG MENJAUHKAN REZEKI’ YANG MENAMBAH DAN MEMPERPANJANG UMUR

A.    Yang Menjauhkan Rezeki
Rosululloh SAW bersabda:
“Tidak dapat menolak takdir kecuali doa. Dan tidak dapat menambah usia kecuali berbuat baik. Maka sesungguhya orang laki-laki bisa terhalang rezekinya karena dosa yang diperbuatnya.”
Hadis ini menunjukan bahwa perbuatan dosa itu dapat menyebabkan terhalangnya rezeki, khususnya dosa akibat berdusta.
Tidur di waktu subuh, banyak tidur menyebabkan fakir, termasuk fakir dalam ilmu. Tidur dengan telanjang, kencing dengan telanjang, makan dalam keadaan junub, makan ketika junub, membiarkan makanan yang terjatuh, membakar kulit bawang merah dan putih, menyapu lantai rumah dengan kain, menyapu rumah pada malam hari, membiarkan sampah didalam rumah, berjalan didepan orang tua, memanggil kedua orang tua dengan namanya, membersihkan makanan yang tersisa di sela-sela gigi dengan benda kasar, membersihkan tangan dengan lumpur, tanah atau debu, duduk diambang pintu, bersandar pada salah satu daun pintu, wudhu di tempat istirahat, menjahit baju yang sedang dikenakan (dipakai), menyela wajah dengan baju, membiarkan sarang laba-laba didalam rumah, mengabaikan salat, cepat-cepat keluar dari mesjid setelah salat subuh, terlalu pagi pergi ke pasar, membeli roti dari orang fakir yang mengemis, mendoakan jelek pada anak, tidak menutup bejana, dan memadamkan lampu dengan meniup, menulis dengan pena yang rusak, menyisir rambut dengan sisir yang rusak, tidak mendoakan baik kepada kedua orang tua, mengenakan surban dengan duduk, mengenakan celana dengan berdiri, kikir, terlalu hemat, berlebih-libihan, malas, menunda-nunda dan menyepelekan segala urusan.

B.     Yang Mendatangkan Rezeki
Rosululloh SAW bersabda:
“Memohonlah kalian akan turunnya rezeki dengan bersedekah.”
Bangun di waktu pagi dapat mendatangkan segala kemudahan dan dapat menambah nikmat, terutama rezeki. Menulis dengan baik, berwajah ramah dan berkata baik akan menambah banyak rezeki.
Sebab-sebab yang kuat dan luhur agar mudah mendapatkan rezeki adalah menegakkan salat dengan penuh hormat, khusyu’ dengan menyempurnakan rukun, wajib, sunat, dan disiplin moral (adab)-nya.melakukan solat dhuha, dinjurkan pula membaca surat Al-Waqi’ah terutama pada malam hari di saat orang tidur, membaca surat Al-Mulk, Al-Muzammil, Al-Lail dan Al-Insyirah.
Sebab lain yang dapat mempermudah datang rezeki adalah datang ke masjid sebelum azan, selalu suci dari hadas, salat sunat sebelum subuh, salat witir di rumah, tidak memperbincangkan masalah dunia setelah salat witir, tidak sering bergaul dengan wanita kecuali ketika perlu, tidak membual untuk agama dan dunianya.

C.    Yang Memperpanjang Umur
Yang dapat meyebabkan umur pajang, yaitu takwa, tidak menyakiti, hormat kepada orang yang tua dan menyambung kekerabatan (silaturahmi).
Hendaklah tidak menebang pepohonan yang hidup kecuali karena terpaksa, berwudhu dengan sempurna, salat dengan penuh penghormatan, melakukan haji Qiran, dan menjaga kesehatan.
III
ANALISIS

Dari ke tiga belas pasal diatas ada diantaranya yang berkaitan dengan etika, yakni:
1.      Pasal ke II, Niat dalam mencari Ilmu.
2.      Pasal ke III, Cara memilih ilmu, guru, teman, dan ketekunan.
3.      Pasal ke IV, Cara Menghormati ilmu dan guru.
4.      Pasal ke V, Kesungguhan dalam mencari ilmu, beristikomah dan cita-cita yang luhur.
5.      Pasal ke VI, Ukuran dan urutannya.
6.      Pasal ke VII, Tawakal.
7.      Pasal ke VIII, Waktu belajar ilmu.
8.      Pasal ke IX, Saling mengasihi dan saling menasehati.
9.      Pasal ke X, Mencari tambahan ilmu pengetahuan.
10.  Pasal ke XI, Bersikap wara’ ketika menuntut ilmu.

Dari pasal-pasal ini khusunya berkaitan dengan etika seorang pelajar. Adapun pembahasan etika seorang guru terdapat di pasal II dalam pembahasan PANTANGAN AHLI ILMU yang isinya sebagai berikut: “Para ahli ilmu sebaiknya tidak merendahkan (menghinakan) dirinya dengan mengharapkan sesuatu yang tidak semestinya dan menghindari hal-hal yang dapat menghinakan ilmu dan ahli ilmu.”
IV
KESIMPULAN  


Buku Ta’limul Muta’allim berisi 13 pasal yang didalamnya memuat tentang panduan, etika dan tata cara bagi para pelajar dalam menuntut ilmu, yakni mulai proses awal sebelum menuntut ilmu, selama masa belajar, dan cara yang harus ditempuh oleh pelajar untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat.